The Alchemist

Aku tidak menyangka blog ini akan berisi banyak review buku. Kali ini aku akan mereview novel terjemahan yang mungkin sudah pernah kalian dengar, The Alchemist karya Paulo Coelho. Buku ini bukan milikku, aku meminjamnya dari temanku Aldo. Agak mengejutkan, ternyata dia suka membaca buku. Dan dia juga merupakan penggemar Paulo Coelho. Dia punya 3 buku dari Paulo Coelho, 2 yang lain adalah By the River Piedra I Sat Down and Wept dan Manuscript Found in Accra. Sepertinya The Alchemist adalah yang paling terkenal dari semuanya.

***



Tokoh utama dari buku ini adalah seorang anak gembala yang suka berkelana dari satu kota ke kota lain. Berbeda dari dua buku yang aku baca sebelumnya (SUPERNOVA dan Harimau! Harimau!), tokoh utama dalam buku ini benar-benar sendirian, tidak terikat dengan siapapun (kecuali domba-dombanya, tentu saja). Dia tidak punya rumah, tidak punya pacar, dan jauh dari orang tua. Dia bisa pergi kemana saja, sebebas-bebasnya. Dia tidak perlu membawa beban apapun, karena memang dia tidak punya.

Karena ke-sendirian-nya itu, tokoh-tokoh lain dalam buku ini juga dengan mudah datang dan pergi. Seperti sang Raja Salem, pedagang kristal, orang Inggris, dll. hanya muncul sebentar dalam buku itu. Mereka menyumbang perannya masing-masing dalam cerita, kemudian menghilang dan menyisakan kenangan serta pelajaran-pelajaran berharga bagi si anak gembala.

Bagian awal dari buku ini hampir seluruhnya bicara tentang mimpi. Tentang betapa pentingnya bermimpi dan mewujudkannya, karena hidup kita ditakdirkan untuk membuat mimpi tersebut menjadi kenyataan. Semua itu berawal dari mimpi si anak untuk menemukan harta karun di Piramida-Piramida Mesir. Ngomong-ngomong soal mimpi, aku jadi teringat dengan lagu Suifu wa Arashi ni Yume wo Miru, lagu tentang "seorang pelaut yang melihat mimpi di tengah badai". Lirik lagu itu benar-benar mirip dengan cerita dalam novel itu, hanya saja tokoh utamanya berbeda (pelaut dan anak gembala)... Kembali lagi ke novel. Ada beberapa perkataan yang membuatku terheran-heran, misalnya "Tidak semua orang merasa bahagia kalau mimpinya menjadi kenyataan"...

Cerita itu berlanjut dengan perjalanan si anak gembala dalam mencari harta karunnya (aku tidak bisa menceritakan semuanya, nanti jadi spoiler). Di pertengahan buku, mulai muncul istilah-istilah aneh seperti "Jiwa Dunia", "Bahasa Dunia", "Batu Filsuf" dsb. Sebenarnya hal-hal itu tidak terlalu asing. Misalnya Jiwa Dunia, yaitu sesuatu di mana semua hal di dunia dapat berhubungan, sesuatu di mana takdir semua hal telah ditentukan, dan juga sesuatu yang ada di mana-mana. Konsep ini mirip dengan "Tuhan" dalam SUPERNOVA. Kira-kira seperti itu.

Lalu, kapan Sang Alkemis muncul? Si anak gembala akan bertemu dengan Sang Alkemis ketika dia sudah dekat dengan takdirnya. Sang Alkemis akan memberinya berbagai pelajaran sepanjang perjalanan menuju Piramida-Piramida itu. Dan tentu saja, pada akhirnya si anak gembala akan berhasil menemukan harta karunnya.

***

Di bagian belakang buku ini dituliskan "Setiap beberapa puluh tahun, muncul sebuah buku yang mengubah hidup para pembacanya selamanya". Aku kurang setuju dengan pernyataan ini, menurutku itu terlalu berlebihan. Ya, buku ini memang menarik, dan banyak pelajaran berharga yang bisa diambil. Tapi bukan berarti buku itu bisa mengubah hidupku.

Entah kenapa... aku merasa kurang cocok dengan buku itu. Rasanya kurang pas saja. Selain itu, ada juga beberapa bagian yang kurang kupahami (mungkin karena terjemahannya). Oh ya, sebenarnya beberapa tahun lalu aku juga pernah membaca novel dengan tema yang hampir serupa, yaitu Celestine Prophecy. Entah kenapa, secara pribadi aku lebih menyukai novel itu (mungkin karena momennya lebih tepat?). Walau bagaimanapun, tidak ada yang perlu disesali, lagipula aku membacanya gratisan. :D

Comments

Popular posts from this blog

Why Is Hatsune Miku So Popular?

The Story of a JKT48 Fan - Part 2: All About JKT48

Speaker Pertama Saya: Oontz Angle Solo