Silence is Not Always Golden

Halo, guys! Akhirnya aku kembali menulis di blog ini lagi. Kali ini, aku menggunakan Bahasa Indonesia lagi (karena tulisan ini khusus ditujukan untuk orang-orang Indonesia). Selain itu, kali ini aku juga akan menceritakan sesuatu yang berfaedah, tidak seperti kebanyakan tulisan di blog ini wkwk.

***

Beberapa hari yang lalu, aku memperoleh cerita yang sangat menarik saat sedang mengikuti kuliah Pengetahuan Lingkungan (Environmental Science). Materi kuliah hari itu adalah ‘Ekosistem’. Setelah basa-basi selama beberapa menit, sang dosen bertanya, “Apa itu ekosistem?”. Seketika seluruh kelas pun sunyi, tidak ada seorang pun menjawab. Dosen itu pun tertawa sambil geleng-geleng, kemudian menginterupsi kuliah untuk memberikan sebuah cerita:

“Saya mau cerita. Saya dulu pernah ikut kursus Bahasa Jerman. Di kelas ada orang Indonesia, Jepang, dan Amerika. Menurut kalian siapa di kelas itu yang paling banyak ngomong/bertanya? Jawabannya orang Amerika. Walaupun mereka ga begitu paham, tetapi mereka berani ngomong. Orang-orang Indonesia hanya diem aja sepanjang kursus itu, termasuk saya. Suatu hari, setelah selesai kursus, salah satu orang Indonesia ketemu dengan gurunya, dan mereka bercakap-cakap menggunakan Bahasa Jerman. Sang guru pun kaget, dan bertanya ‘Kenapa kok di kelas kamu jarang ngomong?’, si orang Indonesia pun tidak menjawab, hanya tersenyum saja.

Ada cerita lain. Di suatu universitas, ada orang Indonesia yang rajin sekali datang ke lab, untuk ngadem. Dia baru pulang di sore hari kalau udaranya sudah agak dingin. Suatu hari, ada seorang profesor yang bingung karena proyek yang dia berikan kepada orang-orang Jerman tidak selesai-selesai setelah dikerjakan selama 2 tahun. Dia berusaha mencari orang lain untuk melanjutkan proyeknya tapi semua orang sudah punya proyek masing-masing. Akhirnya dia melirik si orang Indonesia ini, walaupun kelihatannya tidak meyakinkan. Profesor itu menawarkan proyek itu ke orang Indonesia itu, dia meminta si orang Indonesia untuk mengerjakan proyek itu sebisanya selama 1 bulan, kemudian bertanya apakah si orang Indonesia sanggup. Orang Indonesia itu pun menjawab dengan tidak meyakinkan, ‘I will try’.

Satu bulan kemudian, orang Indonesia itu menyerahkan pekerjaannya ke profesor, dan profesor itu pun kaget. Dia kemudian menawarkan proyek lain ke orang Indonesia itu dan memberinya deadline 1 bulan. Orang Indonesia itu berhasil menyelesaikannya dalam 1 minggu. Akhirnya sang profesor bilang, ‘Mulai sekarang kamu ikut saya. Kalau saya pindah universitas, kamu juga ikut. Jangan khawatir masalah beasiswa, uang saku, dsb.’”

***

Cerita ini benar-benar memberikan kesan yang dalam pada diriku. Bisa saja kita punya suatu skill atau knowledge yang dibutuhkan orang lain, tapi pada akhirnya tidak pernah terpakai karena tidak ada yang tahu bahwa kita punya skill atau knowledge itu. Ini sedih sekali, bagaikan kita suka pada seseorang, dan orang itu juga suka dengan kita, tapi karena kita sama sekali tidak pernah bicara dengan dia, dia tidak akan pernah tahu kalau ternyata kita dan dia sama-sama suka.

Comments

Popular posts from this blog

Why Is Hatsune Miku So Popular?

The Story of a JKT48 Fan - Part 2: All About JKT48

Speaker Pertama Saya: Oontz Angle Solo