Sunyi dan Sadis

Pada waktu aku masih SMP, aku membuat cerpen ini. Sebenarnya, aku juga ingin membuat artikel dan puisi tentang bullying. Tapi, sayangnya aku sekarang tidak lagi berada di dalam posisi itu. Dan aku juga tidak mau membayangkan lagi bagaimana rasanya dibully. Jadi, hanya cerpen ini saja yang bisa aku berikan :).

Oiya, semua nama di dalam cerita ini tidak ada hubungannya dengan teman-temanku di dunia nyata. Aku tidak membuat kode apapun, semuanya fiksi. Jadi, santai saja. Aku juga sudah membuat beberapa perubahan kecil agar cerita ini lebih enak dibaca. Selamat membaca!

***

Aku berlari terbirit-birit menuju pintu gerbang yang setengah tertutup. Tapi aku tidak terlalu cemas. Tidak pada hari ini, karena semua siswa harus mengikuti upacara bendera. "Ayo, cepat! Lari!" Teriak satpam yang berdiri di depanku. Beberapa guru di sana memandangku dengan tajam, tapi aku tidak peduli.

Akhirnya sampailah aku di ruang kelas. Ahh... kosong dan tenang. "SIAAAP... GRAK!" Suara teriakan pemimpin upacara menghentikan lamunanku. Aku segera meletakkan tasku, dan kucari topi itu. Sial! Tidak ketemu juga meskipun aku sudah membuka setiap bagian dari tasku. Tiba-tiba, seseorang muncul. Dia adalah Ricardo, anak yang sering mengejekku, memukulku, dan memaksaku uuntuk memberikan uangku. Tidak seperti aku yang semalaman mengerjakan tugas B), Ricardo bahkan sering bolos sekolah. Sudahlah, aku tak mau berlama-lama di sini.

Di lapangan upacara, suasananya tidak pernah tenang. Semua siswa bicara semaunya sendiri. Si botak di tengah lapangan itu juga tidak jemu-jemu memberikan pidato yang sangat membosankan. Sudah kuduga, Ricardo tidak akan mengikuti upacara ini.

Oh, aku baru ingat! Aku tidak memakai topi. Aku mulai panik, apakah aku akan dihukum? Ketika kulihat di sekelilingku, ternyata banyak sekali yang tidak pakai topi. Ah.. aku santai saja.

Seperti biasa, setelah upacara bubar, anak-anak kembali ke kelas masing-masing. Tapi, kali ini ada yang aneh. Aku mendengar suara jeritan dari ruang kelasku. Teman-temanku berkerumun mengelilingi sesutatu di dalam kelas. Tercium bau yang menyengat, darah bercucuran di lantai. Itu adalah Ricardo! Yang sudah tak lagi bernafas o_O.

Karena kejadian ini, seluruh KBM pada hari itu dibatalkan. Semua siswa diminta untuk segera pulang. Semuanya, kecuali 3 orang yang dipanggil ke ruang BK, mungkin untuk diinterogasi. Ketiga orang itu adalah:

1. Bagas, preman kelas. Dia adalah anak pejabat yang suka nge-bully siswa lain.
2. Aldi, cowok playboy yang juga suka ngeband. Belakangan ini diisukan kalo dia terlibat cinta segitiga antara dirinya, Puspa dan Ricardo.
3. Ronald, kakak kandung Ricardo. Aku ragu dia tega melakukan perbuatan sekeji itu pada adiknya sendiri.

Pada perjalanan pulang, aku pun masih berpikir tentang kejadian itu. Bagaimana bisa mereka tidak tahu? Bagaimana bisa mereka tidak tahu bahwa akulah orang yang paling sengsara di sekolah ini? Setiap hari, aku disiksa dan dipermalukan. Tapi tidak ada yang mau mengulurkan tangannya kepadaku. Mereka tidak peduli, bahkan sebagian dari mereka ikut mengolok-olokku juga. Seandainya ada yang mau menolongku, seandainya semua penderitaanku bisa berhenti... semua ini tidak perlu terjadi. Tidak ada pilihan yang lebih buruk untuk balas dendam, daripada mengakhiri nyawa orang lain. Aku hanya tidak bisa menahannya lebih lama lagi...


TAMAT

Comments

Popular posts from this blog

Why Is Hatsune Miku So Popular?

The Story of a JKT48 Fan - Part 2: All About JKT48

Speaker Pertama Saya: Oontz Angle Solo