Music is... a Part of My Life

Waktu aku masih kecil dulu, aku tidak terlalu peduli soal musik. Maklum lah, rumahku yang letaknya di desa membuatku jarang mendengar musik yang bagus. Aku juga tidak pernah ikut les musik, ditambah di sekolah juga tidak ada pelajaran seni musik. Lengkap sudah, aku bukan cuma jarang dengerin tapi juga tidak tahu apa-apa soal teori musik.

Aku mulai agak suka dengerin lagu ketika pertama kali aku punya hape nokia 3110, tepatnya kelas 5 SD. Saat itu pun alirannya masih terlalu mainstream. Sebut saja ungu, ada band, kangen band, repvblik dsb. Waktu itu teman-temanku yang lain lagi suka-sukanya sama Endank Soekamti dan S.I.D. Salah satu lirik lagu yang masih kuingat adalah "Sandalku digondol asu, tak gebok sapu, seng duwe metu...". Keren, tapi aku tidak ikut-ikutan. Mungkin aku dulu masih terlalu cupu.

Perlu diketahui, waktu aku masih kecil dulu (repost :p) ayahku membeli sebuah CD Player. Kadang dia memutar lagu-lagu jadul dan di lain waktu dia memutar musik beraliran klasik. Jadi, sebenarnya aku tahu beberapa nama-nama seperti Mozart, Vivaldi dan Beethoven. Ya, meskipun aku dulu tidak begitu memperhatikannya. Tapi harus diakui, musik-musik itu memang indah. Dan pernah suatu hari ayahku memutar lagu yang agak keras, Jamrud. Dulu aku belum paham apa maksud dari lagu itu, tapi sekarang aku sadar betapa kerasnya Jamrud :D.

Pada tahun-tahun berikutnya, tidak banyak terjadi perubahan dalam selera musikku. Playlist-ku berisi hampir semua lagu yang pernah kusebutkan tadi, ditambah beberapa lagu hits yang cukup menarik untuk didownload. Jadi, sebenarnya cukup banyak genre yang pernah kudengar. Tapi, sampai sekarang entah kenapa aku tidak pernah suka dengan dangdut dan... jazz. Rasanya kurang pas saja dengan telingaku.

Seiring perubahan dunia musik di Indonesia, aku pun juga mengikutinya. Misalnya saat muncul band Wali, aku jadi suka mendengarkan lagu-lagunya. Kemudian Indonesia mulai terkena demam boyband dan girlband, lalu... kau tahulah.

Perubahan besar yang terjadi adalah ketika adikku mulai punya hape sendiri. Dia jadi sering muter lagu-lagunya dan sebagai dampaknya aku jadi ikut-ikutan suka. Beberapa artis yang ada di playlist-nya antara lain: Katy Perry, SNSD, Cherrybelle, Christina Perri, Pitbull, T-Ara dsb. Silakan komentar sendiri untuk bagian ini.

Tapi, semua lagu diatas belum ada apa-apanya sampai aku mendengarkan lagu JKT48. Lagu-lagu mereka benar-benar ear catchy. Dengan cepat aku tergila-gila dengan lagunya (dan pada akhirnya, membernya). Entahlah, hampir semua lagunya itu mengikuti formula yang sama, yaitu Intro-Verse-Prechorus-Chorus-Verse-Chorus-Bridge-Chorus. Tapi hal itu membuat lagunya menjadi mudah sekali untuk diingat, selain lagunya sendiri memang asyik. Sayangnya, sampai sekarang ada satu masalah yang sampai sekarang belum benar-benar terselesaikan. Terjemahannya itu... parah banget. Banyak kalimat yang memiliki susunan kata yang aneh, dan beberapa bait kadang tidak nyambung sama sekali.

Tapi tetap saja, lagu-lagu itu terngiang-ngiang terus di kepalaku. Singkat cerita, dalam setahun aku mendengar lagu-lagunya yang berjumlah sekitar 100 lagu, dengan setiap lagu diulang sebanyak 10 sampai 50 kali. GILA! Seandainya aku bisa melakukan hal yang sama terhadap pelajaran sejarah :(.

Suatu hari, temanku Anung tiba-tiba berpikir tentang bermain gitar. Entah darimana datangnya ide itu, tapi aku jadi ikut terkena euphoria-nya. Bayangkan, betapa hebatnya kalau aku bisa memainkan Kagami no Naka no Jeanne d'Arc atau First Rabbit. Pada awalnya aku merasa sangat kesulitan, jari-jariku sakit. Tapi sedikit demi sedikit aku bisa memainkan beberapa chord sederhana, dan kupikir aku mulai menyukainya. Namun, seperti semua hobiku yang lain, akhirnya aku berhenti. Alasannya? Banyak. Tidak ada waktu, bosan dsb. Meskipun begitu, aku yakin suatu saat nanti aku akan kembali memainkan gitarku yang tergeletak di pojok kamar, sama seperti semua hobiku yang lain.

Di suatu hari yang lain, teman-temanku tiba-tiba ngomongin tentang headset. Dari dulu aku memang ingin sekali membeli headset yang berkualitas. Jadi, setelah pulang sekolah, aku segera browsing untuk melihat-lihat harga headphone dan earphone yang dijual di pasaran. Awalnya aku berpikir untuk membeli headphone karena suaranya pasti lebih mantap. Tetapi, sayang headphone yang bagus paling murah 300 ribu, aku harus puasa sebulan untuk membeli itu. Lagi pula, aku tidak mungkin beli barang online. Selain aku tidak punya rekening, orang tuaku juga tidak mungkin mengijinkan.

Harapanku musnah. Untunglah, di kemudian hari aku mendengar tentang seorang yang membeli earphone secara online dengan harga seratus ribuan. Dia adalah Elwas. Aku pun tertarik, dan saat aku pinjam earphonenya, itu hebat sekali. Untuk benda sekecil itu, bassnya nendang dan noise isolationnya cukup mumpuni. Singkat cerita, setelah melewati berbagai rintangan, akhirnya aku mendapatkannya. IEM yang sama persis dengan milik Elwas :D.

Soundmagic ES18


Berkat kemajuan ini, aku jadi suka mendengarkan musik dan koleksiku pun berkembang pesat. Sekarang aku sedang suka dengan genre rock berkat temanku, Roqi (memang namanya sedikit aneh). Beberapa yang sudah ada di playlist-ku antara lain 30 Seconds to Mars, Evanescence, ONE OK ROCK dan Linkin Park.

Linkin Park Meteora

Linkin Park adalah favoritku. Aku suka mendengar lagu-lagu mereka, terutama album mereka yang berjudul 'Meteora'. Itu album terbaik yang pernah kudengar. Selain lagunya, aku cukup tertarik juga dengan latar belakang mereka, terutama sang vokalis Chester Bennington. Aku benar-benar tidak menyangka dia dulu korban bullying. Juga dengan Mike Shinoda, aku tidak menyangka ada orang keturunan jepang dalam band ini :).

Kira-kira seperti itulah isi playlist-ku saat ini. Mungkin untuk beberapa waktu ke depan.

Comments

Popular posts from this blog

Why Is Hatsune Miku So Popular?

The Story of a JKT48 Fan - Part 2: All About JKT48

Speaker Pertama Saya: Oontz Angle Solo