'Aku' dan 'Gue'

Pada mulanya, aku tidak peduli akan hal sepele ini. Baru setelah aku mulai menulis blog, aku sadar kalau hal sepele ini bisa mengubah semuanya! Mana yang harus aku pakai sebagai kata ganti orang pertama, 'Aku' atau 'Gue'?

***

Kebanyakan blog Indonesia yang aku temui (khususnya yang penulisnya di bawah usia 30 tahun) memakai 'gue'. Untuk blogger senior yang usianya di atas 30 tahun, rata-rata memakai 'saya'. Terakhir, ada juga sebagian keciiil blogger yang memakai 'aku' (kebanyakan perempuan). -_-'

Jadi, kenapa banyak yang suka pake 'gue'?


Apakah supaya terdengar keren dan maskulin? Mungkin saja. Apalagi blogger yang aku tahu kebanyakan adalah laki-laki: Kevin Anggara, Raditya Dika, Benakribo ... mereka semua pakai 'gue'. Dan trend ini kelihatannya tidak hanya terjadi di wilayah Jakarta saja. Tidak sedikit juga blogger di luar Jawa yang memakai 'gue'. Ngomong-ngomong soal blog, trend ini sebenarnya ada di mana-mana. Di Youtube, Twitter, dsb. juga banyak, hanya saja tidak terlalu kelihatan.
Sebenarnya hal ini tidak masalah. Tapi ...

Kenapa 'aku' jadi terdengar aneh?


Seperti yang sudah aku katakan tadi, para blogger yang memakai 'aku' adalah perempuan (selain aku, tentunya). Di Twitter dan socmed yang lain, pengguna kata 'aku' sebagian besar juga perempuan (selain aku... dan para pujangga yang suka bikin puisi di socmed). Kalau di dunia nyata, salah satu kesempatan di mana orang-orang banyak memakai kata 'aku' adalah ... saat pacaran. Huft.

Seandainya ada yang mencoba menggunakan 'aku' di luar tempat yang sudah 'ditentukan', akan jadi aneh sekali. Misalnya, di blog yang didominasi oleh 'gue', ada orang yang komen pake 'aku' (apalagi dia laki-laki). Nah, kalau ketemu yang kayak gitu jadi aneh banget rasanya. Bahkan Anung pernah bilang padaku: "Aku nyoba nulis blog pake 'aku', aneh jadinya". Entah kenapa, 'aku' jadi cenderung terkesan imut. o_O

Padahal, sebenarnya kata 'aku' sangat netral dan tidak ada hubungannya dengan gender. Aku masih ingat, guru-guru Bahasa Indonesia sering cerita tentang betapa hebatnya puisi-puisi Chairil Anwar, terutama 'AKU'. Pada puisi ini, 'aku' tidak ada imut-imutnya sama sekali.

    ...
    Aku ini binatang jalang
    Dari kumpulannya terbuang
    ...

Sekarang bagaimana kalau 'aku' dalam puisi itu diganti dengan 'gue'?

    ...
    Gue ini binatang jalang
    Dari kumpulannya terbuang
    ...

Jadi lebih macho? Iya, memang. Tapi, bayangkan kalau judul puisi itu diganti dengan 'GUE'. Sekarang jadi aneh, kan? Masak nanti guru Bahasa Indonesia jadi suka ngomong pakai 'gue'. :P

Bagaimana dengan 'saya'?


Sebenarnya ini pilihan yang cukup bagus. Kata 'saya' itu netral dan umum. Tapi, kata itu kedengarannya kurang akrab. Saat membaca tulisan menggunakan 'saya', rasanya agak 'jauh' dengan penulisnya. Selain itu, kata 'saya' juga terkesan terlalu formal. Entahlah ... sepertinya aku kurang cocok dengan kata ini. Mungkin suatu saat nanti aku akan mencobanya.

***

Oke, cukup menghujatnya. Sekarang, aku akan menjawab pertanyaan yang sangat penting:

Kenapa aku memakai 'aku'?


Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya sangat sederhana. Aku tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Seumur hidup aku dikelilingi oleh orang-orang yang memakai kata 'aku'. Setiap hari aku ngomong pakai kata 'aku'. Bahkan seingatku aku tidak pernah bicara dengan kata 'gue'. Jadi, kenapa aku harus pakai 'gue'?

Dalam Bahasa Jawa, 'aku' terdengar sangat netral. 'Aku' digunakan untuk hampir semua kesempatan: mengobrol, berdiskusi, bercanda, menyindir, mengejek, bahkan misuh (mengucap kata-kata kotor) sekalipun. Kebiasaan ini pun ikut terbawa saat kami menggunakan Bahasa Indonesia. Jadi, kami tidak pernah menggunakan kata 'gue' (kecuali yang sok). Kalau masih belum bisa membayangkan, coba cek video-videonya Bayu Skak di Youtube.

Satu lagi .... Dalam blog ini, aku berambisi untuk membuat tulisan yang 'benar' (sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia dan tidak ambigu). Oleh karena itu, 'aku' lebih cocok digunakan untuk style tulisanku. Untuk yang satu ini aku merasa harus berterima kasih kepada @spa_si dan @addiems.

***

Inilah akhirnya, harus ku akhiri ... esai yang tidak penting ini. 'Aku', 'Gue', dan 'Saya' ... semua ada arti dan pendukungnya masing-masing. Semoga keberagaman ini dapat terus berlanjut, agar bisa terus mewarnai dunia blog Indonesia. Keep blogging! :)

Comments

Popular posts from this blog

Catatan Seorang Demonstran

Why Is Hatsune Miku So Popular?

Speaker Pertama Saya: Oontz Angle Solo